Minggu, 11 Januari 2009

-Y- Catatan Masa Lalu chp 01

06.30 Wita

“Yape!!!!!!………………………………………………………………………”

Ehm…bisakah kau rasakan kawan, teriakan ibu yang dikumandangkan 5 menit setelah adzan shubuh itu terasa merdu atau sebaliknya?. Apapun jawabanmu kawan, suara itu bagiku ibarat alarm otomatis tanpa baterai, siap membangunkanku agar aku sadar bahwa ada satu kewajiban yang harus kulakukan saat shubuh.

Abdillah Yafi Aljawiy (seorang muslim dari Jawa)…..Nama sekeren itu ternyata tidak berterima bagi telinga kawan-kawanku, mereka lebih memilih memanggilku “Yape”, dengan argumen bahwa orang dengan nama itu harusnya berkarismatik seperti AA Gym, atau sewibawa Presiden SBY. Benar-benar tidak cocok untuk seorang “aku” yang untuk bangun pagi saja harus dibangunkan alarm otomatis. Apapun itu kawan, yang pasti cerita ini tidak berhenti disini, karena sebuah akhir pasti membutuhkan awal. Dan inilah awal itu….

Semua berawal dari kota kecil yang bernama Bontang, kota kecil dimana hiburan masih langka. Kota dimana penduduknya mayoritas orang-orang mampu. Kota dimana hanya ada beberapa mall kecil. Kota dimana terdapat dua buah pabrik besar, P.T Pupuk Kaltim dan P.T Badak Ngl. Kota yang susah ditemukan di peta Kalimantan Timur. Kota yang sepi dari demo-demo. Kota yang biasa-biasa saja. Tapi dari kota inilah semua cerita-cerita ini muncul. Cerita- cerita tentang cinta yang gak pernah berakhir dengan baik. Cerita-cerita tentang kesedihan yang kualami selama ini.

8 Mei 1990..

Setelah elalui proses bedah sesar yang cukup lama, terlahirlah seorang bayi yang polos, ganteng, dan lucu (walau kulitnya gelap) bernama Abdillah Yafi Aljawiy. Anak ke-dua dari dua bersaudara.Tapi itu gak bertahan lama.Cuz tahun 1999 wa punya adik. So, sekarang aku jadi anak kedua dari tiga bersaudara.He..He..Yups,, that’s me.. Mungkin dari sinilah semua cerita ini berawal.

Dari TK sampai SD, aku hanya anak laki-laki biasa yang masih lugu, polos, dan cupu dalam urusan cinta. Yah, wajarlah. Namanya juga anak kecil. Pernah suatu ketika aku suka dengan teman sekelasku yang namanya Winda. Semua itu berawal ketika kami berdua dipasangkan dalam tugas drama. Entah kenapa sejak saat itu aku jadi mikirin dia terus. Aku pikir perasaan ini bakal hilang seiring berjalannya waktu. Tak kusangka perasaan ini bisa bertahan hingga SMP. Cukup mengelikan juga jika ingat waktu menembaknya pas SMP. Saat itu aku membuat surat cinta untuknya. Namanya juga baru jadi anak SMP. Sifat cupunya masih belum hilang. Jadinya aku nitipin surat itu ke temenku yang namanya Seto yang kelasnya bersebelahan dengan Winda. Bayangin aja, pas kelasnya Winda masih ada pelajaran, si Seto masukin suratnya lewat jendela kelas. Parahnya lagi, yang dapetin tuh surat bukan Winda, tapi temennya. Kontan aja langsung heboh satu kelas. Alhasil sejak saat itu Winda gak mau lagi temenan sama aku. Sial….

Tapi,,,

Ada satu hal yang bener-bener gak bisa aku lupakan. Sesuatu yang bener-bener berharga untuk selalu aku kenang. Amelia Rahma.. Mungkin itu nama panjangnya. Tapi biasanya dia di panggil Milie oleh temen-temennya. Seorang cewe yang aku kenal di kelas 3 SMP. Seorang cewe yang badannya paling”mini” di kelas. Seorang cewe yang pinter, manis, cantik, en baik. Seorang cewe yang yang doyan baca komik. Sama seperti aku^^. Seseorang yang akan membuatku bersemangat belajar ketika mengingat dirinya. Seseorang yang benar-benar istimewa buatku. Bahkan sampai saat ini, aku masih mengharapkannya. Walau itu tak akan mungkin terjadi.

Awalnya kami berdua jarang bertegur sapa walau satu kelas. Tapi, sejak kami sebangku kami jadi akrab. Yah gak akrab-akrab banget sih. Soalnya dia anak atasannya “Bos” ku. Jadi gak enak kalau ngobrolnya lama-lama^^.

Semakin lama,, aku semakin tertarik dengannya. Tapi yang bikin aku “gemes” sama dia saat dia bingung. Bener-bener seperti anak SD. Lucu banget. Apalagi mukanya. Sebenernya pingin sih nyubit pipinya. Tapi apa kagak di tabok ntar?? HEHE….

Ada satu kejadian yang bener-bener gak bisa aku lupain. Malam perpisahan SMP tahun 2005. Tepatnya di Gedung Olahraga PKT yang biasanya disebut GOR PKT. Di malam perpisahan itu, entah kenapa rasanya aku harus segera mengungkapkan isi hatiku padanya. Kalau tidak saat itu, tak ada lagi waktu yang tepat. Sebenarnya aku berusaha untuk tidak mengatakannya. Tapi apa boleh buat, hati nurani ini berkata kalau aku harus melakukannya saat itu. Atau aku akan menyesal……..

Ternyata memang benar. Jika aku tak ungkapkan saat itu, tak akan ada lagi kesempatan. Aku masih ingat percakapan saat itu.

Saat itu aku mendatangi milie yang masih duduk saat anak-anak yang lainnya sudah mulai meninggalkan GOR.

“Hei mil” sapaku.

“Eh, Yape”jawabnya lembut.

“Kamu udah salaman sama Hening, Hendar, en Aryo?”tanyaku.

“Belum. Kenapa?”dia balik bertanya.

“Katanya mereka mau pindah. Ngelanjutin SMA di Jawa”

“Ow,,belum.Kamu sendiri?”

“Belum juga.He..He..”

Entah kenapa tiba-tiba mulut dan tangan ini menjadi dingin saat itu. Tapi aku memberanikan diri untuk menerima segala kemungkinan yang terjadi.

“Mil”kataku

”Ya?”

Tiba-tiba jantung ini berdetak sangat kencang. Keringatku pun mulai mengalir walaupun saat itu AC sedang menyala. Lalu ku sodorkan tanganku hanya untuk sekedar bersalaman. Dia pun menyambutnya sambil tersenyum. Ketika menggenggam tangannya aku tau kalau aku tak ingin melepaskan tangannya. Benar-benar tak ingin melepaskannya.

“Mil”kataku sambil menggenggam erat tangannya

“Ya?”jawabnya setengah bingung dengan sikapku.

“Boleh aku ngomong sesuatu?”tanyaku lagi.

“Eh?”

Aku tahu saat itu dia benar-benar bingung dengan semua sikapku. Tapi aku tahu dia berusaha untuk tetap terlihat biasa-biasa saja.

“Ehm,,boleh. Nanya aja. Gak papa kok”jawabnya

“Sebenernya aku pingin kamu tahu kalau…”

“Iya?”jawabnya penasaran

“Aku Suka Kamu..”

Saat itu aku lihat keterkejutan tampak sangat jelas di wajahnya. Aku tahu dia sangat bingung untuk melakukan apa.

“Mau gak kamu jadi pacarku?”lanjutku.

Sejenak dia terdiam. Seperti ada suatu hal yang berat yang harus dia katakan.

“Aku gak bisa Pe’ “

Seketika itu aku terdiam. Lama sekali. Lalu aku balik bertanya.

“Kenapa?”

“Aku besok udah gak disini lagi”jawabnya

Sekali lagi aku terdiam.

“Kamu juga bakal pindah sekolah?”

Dia mengangguk pelan. Menandakan kebenaran pertanyaanku. Tak ada lagi yang bisa kuperbuat saat itu. Aku hanya bisa menyesali diriku yang terlambat mengungkapkannya. Seketika itu juga badanku terasa lemas. Sangat lemas. Tapi aku tetap berusaha untuk tegar di depannya. Aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak meneteskan air mata di depannya.

“Kamu gak papa kan?”tanyanya

“Gak papa kok. Aku gak papa”jawabku sambil berusaha menahan air mata

“Maap ya Pe’.Tapi kita tetap bisa jadi temen kan?”tanyanya

Seketika itu aku kembali bersemangat dan berusaha tersenyum di depannya.

“Ya iyalah. Masa Cuma gara-gara ini aja kita jadi menjauh sih?”jawabku ceria

Seketika itu juga aku melihat senyum di wajahnya. Wajah yang sebentar lagi akan hilang dariku.

“Ya udah deh. Kita salaman dulu ma Hening en Aryo”ajaknya

“Seep!! Tapi kamu duluan. He..He..”jawabku sambil tertawa kecil

“Ah, gitu aja malu”jawabnya sambil tersenyum

That’s memory.. Bener-bener tak terlupakan.

Sekarang…

Aku sudah jadi anak SMA ^^.

1 komentar:

  1. kasian... moga bisa ketemu lagi ya.....semangaaaaaaaaaatttttttt.......

    BalasHapus